Minggu, 12 April 2015

Panca Saddha





Panca Saddha



A.    Pendahuluan
Agama Budha adalah sebuah agama yang tercipta atas dasar ketidak puasan sang raja Sidharta dengan keadaan India pada saat itu. Di India mayoritas penganut agama Hindu yang dikuasai oleh kaum Brahmana sebagai jembatan untuk menuju dewa, dengan sesaji-sesaji dan upacara korban sebagai ritualnya.
Dan ketika sang saja Sidharta keluar dari kerajaan ia melihat banyak sekali perbedaan di dalam istana dan di luar, ia melihat ada orang yang mati, sakit, tua, dll dengan ketidak puasan itulah Sidharta pergi ke hutan untuk melakukan betapa (synyasin) setelah betapa tersebut Sidharta mendapat pencerahan maka disebut sebagai Budha. Sidharta Budha Gautama mengajarkan ajaran-ajaran yang ia dapatkan kepada orang lain.
Salah satu ajarannya tentang saddha yaitu keyakinan. Dalam agama Budha terdapat lima kepercayaan yang harus diyakini oleh umat Budha yang disebut dengan Panca Saddha (lima keyakinan) yang akan kita jelaskan di dalam makalah ini.
B.     1. Pengertian Saddha
Saddha adalah kata yang berasal dari bahasa Pali sedangkan dalam bahasa sansekerta yaitu Sradha, makna dari sradha/saddha yaitu suatu kepercayaan/keyakinan yang benar. Jadi saddha/sradha adalah keimanan yang dimiliki oleh umat Budha. Di dalam agama Budha terdapat sepuluh unsur yang harus dapat kita pahami yaitu :[1]
1.      Sanghyang Adi Buddha = Tuhan Yang Maha Esa
2.      Triratna/Tiratana = Tiga Mustika (Buddha, Dharma, Sangha)
3.      Arahat/Arhat = Tingkat Kesucian Tertinggi
4.      Bodhisattva/Bodhisattwa = Calon Buddha
5.      Tilakkhana = Hukum Tiga Corak Umum
6.      Paticca-Samuppada = Hukum Pokok Permulaan Sebab Akibat yang saling bergantungan
7.      Kharma/Kamma = Hukum perbuatan yang dilakukan oleh pikiran, kata-kata dan badan.
8.      Punabbhava/Punarbhava = Tumimbal Lahir
9.      Cattari Ariya Saccani = Empat Kebenaran Mulia (Empat Kesunyataan)
10.  Nibbana/Nirwana = Padamnya Nafsu dan Kekotoran.
Di dalam agama Budha terdapat lima keyakinan yang harus mereka percayai yaitu yang disebut dengan Panca Saddha/ Panca Sraddha :
1.      Keyakinan terhadap Adhi Budha
2.      Keyakinan Terhadap Para Budha, Bodhisatwa dan Arahat
3.      Keyakinan Terhadap Hukum Kasunyataan
4.      Keyakinan Terhadap Kitab Suci (Tripitaka)
5.       Keyakinan Terhadap Nibbana.

2.      Saddha Pertama : Keyakinan Terhadap Sang Hyang Adhi Budha
Di dalam agama Budha mereka mempercayai bahwa adanya Tuhan yang transenden, mereka meyakini Tuhan itu maha Esa yang biasa mereka sebut dengan Sang Hyang Adhi Budha.
Sang Hyang Adhi Budha adalah Dharmakaya yang didalamnya mengenai hakikat dan inti kenyataan dari agama tentang Budha yang mempunyai kaitan erat dengan makna Adhi Budha dan oleh aliran Tanrayana yang mereka anggap itu sebagai Tuhan.
Aliran Mahayana Di indonesia menyebut Sang Hyang Adhi Buhda sebegai Tuhan yang Maha Esa yang disebut dengan istilah “Swayambu Lokananta” (pelindung dunia), yang bersemayam di Nirwana[2].
Sang Hyang Adhi Budha adalah Tuhan yang mutlak, yang maha kuasa, yang menjadi sumber dari alam semesta. Tuhan yang Maha Esa dapat bermanifestasi kedalam tiga wujud yaitu :
Panca Dhyani Budha (lima Budha di alam Luhur)
·         Vairocana
·         Akshobya
·         Ratnasambhava
·         Amitabha
·         Amoghasiddha
Panca Dhyani Bodhisattwa (lima Bodhisattwa di alam luhur)
·         Samanthabadra
·         Vajrapani
·         Ratnapani
·         Avalokiteshvara
·         Visvapani
Panca Manushi Budha (lima Budha di alam manushi)
·         Kakusandha
·         Konagammana
·         Kasyapa
·         Gotama
·         Maitreya


3.      Sejarah Ketuhanan dalam Agama Budha
Konsep Adi Budha adalah sebuah konsep yang muncul dari perkembangan Budhisme Teistik yang merupakan tahapan akhir dari Mahayana dan dipengaruhi oleh aliran Siwaisme dalam agama hindu. Perkembangan ini khususnya ditemukan di Nepal dan Jawa. Sementara asalnya dari Benggala. Konsep ini mencapai pengembangan sepenuhnya dalam literature Kalacakra. Ada yang mengajukan hipotesis yang mengajukan bahwa perkembangan ini merupakan usaha dari Budhissme dari asia tengah untuk  menghadapi perkembangan Islam dengan menunjukan bahwa Budha juga memiliki atu tuhan atau Monotheistic, hal yang fundamental dari doktrin ini menimbulkan budha-budha yang lain atau penyebutannya yang brbeda-beda sesuai dengan sektenya.
            Sulit untuk menentukan kapan konsep adi budha atau paramadi muncul untuk pertama kalinya, Csomo Korosi mengatakan bahwa nama dan system yang dikaitkan dengannya berhubungan erat dengan Srikalacakra-tantra, sebuah tantra yang terang-terangan salivate dalam inspirasinya yang muncul pada abadke 10 atau 11 masehi, namun kata Adi BUdha sudah terlebih dahulu muncul dalam Namasangiti sebagai nama Manjusri, sebuah kitab yang dianggap lebih dini dari abad ke-10 karena diperkirakan tulisan yang mengomentari kitab tersebut ditulis setidaknya pada abad ke 7 masehi.

Secara garis besar perkembangan konsep Adi Budha mempunyai 3 periode yaitu:
1.      Peiode pertama (Budhisme Esoterik campuran), meliputi asal dan pembentukan dalam dua jenis system, yaitu Madhyamika dan Vijnaptivada. Dalam periode ini hanya tersirat benih dari budhisme Esoterik. Berbagai aturan upacara keagamaan, lukisan dan patung-patung berbagai Budha disusun secara terpisah, tak lengkap dan tidak teratur. Sutra Suiddikara dan Sutra Subahu-parprccha adalah sutra-sutra esoteric yang tergolong periode ini.

2.      Perode kedua, (Budhisme esitorik murni). Mengatur dan mengistematisasi periode pertama serta menambahkan arti filosofis. Madhyamika mensistematiasi aturan upacara dan konsep filososfis bersama-sama, dan yoga hanya membicarakan persoalan-persoala yang filosofis.pada tingkatan ini Budhisme esoteric merupakan perkembangan lebih awal dari pada esoteric Hinduisme dan agama lain. Sutra Maha-Vairocanabhisamabidhi, sutra Tattvasangraha an sutra paramadi tergolong dalam periode ini.

3.      Periode ketiga, terlihat munculnya aliran yang berlawanan dari aliran resmi setelah berdirinya Budhisme esoteric murni. Sutra Guhya-samaja merupakan salah satu dari periode ini.
Umat Budha di Indonesia sejak zaman Mataram kuno sudah menyakini adanya Tuhan yang maha esa, terbukti dari symbolism yang terpancar dari stupa mandala di candi Borobudur , bahwa agama BUdha yang dipeluk oleh rakyat sejak zaman sriwijya, mataram kuno, syailendra dan majapahit. Dan beberapa kitab yang menggunkan istilah sang adi budha.[3]

4.      Saddha Kedua : Keyakinan Terhadap Para Budha, Bodhisattwa dan Arahat
a.      Keyakinan Terhadap Para Budha
Umat Budha harus mempercayai adanya Budha-budha, terdapat 27 Budha yang terdahulu sedangkan Sidharta Budha Gautama adalah Budha yang ke-28. Semua Budha mengajarkan sesuatu yang sama kepada pengikutnya yaitu Dharma dan kebijaksaan untuk melepaskan penderitaan.
Buddha juga dapat disebut Arahat, tetapi sebagai Arahat istimewa karena Buddha mencapai Nibbana dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan makhluk lain.

Setiap agama bersendikan ketuhanan yang maha esa, terlepas dari pengertian and makna yang diberikan oleh tiap-tiap agama terhadap Tuhan Ynag Maha Esa, demikian pula agama Budha, percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan adalah mutlak, yang tertinggi, yang maha esa, dan maha segala-galanya.

Kepercayaan terhadap Tuhan Ynag Maha Esa dalam agama Budha kita dapatkan dari sabda-sabda Sang Budha Gautama, seperti yang dilusikan dalam kitab suci Udana “para Bhikkhu, ada yang tidak dilahirkan, ada yang tidak tercipta, dan yang mutlak”.

Untuk memahami yang mutlak ini, seorang harus mengembangkan pengertiannya, yang hanya dapat dicapai oleh insan yang sadar, yang telah membebaskan diri dari cengkraman kamma dan tumimbal-lahir. Pengertian ini tidak dapat dimiliki oleh manusia yang bathinnya masih dicengkram oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin.

Ada 3 Ovada (tiga nasihat sang Budha) yaitu :
1.      Sabba papassaa karanam: jangan berbuat jahat.
2.      Kusalassa Upasampada: tambahlah kebaikan.
3.      Sacittapariyo Dapanam: sucikan hati dari pikiran kotor[4].
Sanghayang Adi Budha adalah konsep ketuhanan agama Budha yang digunakan oleh Budhisme di Indonesia. Nama ini digunakan oleh Y.M. Ashin Jinarakkhita pada saat membangkitkan Buddhisme di Indonesia.

Para penganut Mahayana di Indonesia menganggap bahwa sang hyang Adi Budha sebagai tuhan yang maha esa yang juga disebut “ Swayambu Lokananta” (pelindung dunia)nyang berkedudukan di nirvana dan Anista Buwana yaitu alam diatas segala alam. Jadi, sang hyang adi budha adalah Dharmakaya( kebenaran yang permanen, tidak berbeda dan dapat dipahami tetapi penjelasan yang mendetail tentangnya beragam menurut aliran-aliran agma Budha yang berbeda), yang kekal, yang abadi, tanpa awal, tanpa akhir tanpa bentuk meliputi segala sesuatu yang hanya dapat ditelusuri oleh mereka yang telah mencapai kesadaran tertinggi.
Agama Budha Indonesia adalah Monotheisthic, karena percaya pada satu tuhan yaitu Tuhan Yang MahaEsa,  istilah Adi Budha telah digunakan sejak zaman nenek moyang sebelum Majapahit.
Istilah Adi Budha dianggap berasal dari Mahayana di Benggala. Di Nepal selain Adi Budha dikenal juga dengan Adinata yang berarti pelindung utama . bukti pertama konsep Adi Budha ini terdapat dalam kitab “Nama-sangiti” karya Bikkhu Indonesia bernama Chandrakirti. Theologi agama budha di Indonesia menyimpulkan sang hyang adi budha adalah merupakan sesuatu yang maha sakti, maha mengetahui, maha agung.

b.      Keyakinan Terhadap Bodhisatwa
Bodhisattva belum menjadi Buddha atau disebut calon Buddha dan belum mencapai Nibbana. Sekarang Bodhisattva berjuang untuk menjadi seorang Buddha dengan mencapai Bodhi yang sempurna sementara seorang Arahat adalah berhubungan dengan nirvana. Seorang Bodhisattva, yang mengikuti ide Mahayana, bertujuan pada kebaikan yang paling tinggi bagi dirinya sendiri dan juga bagi yang lainnya.
Budha Gautama adalah Budha yang terakhir atau yang ke-28[5],  semua Budha mengajarkan ilmu yang sama yaitu Dharma dan kebajikan untuk pembebsan mutlak dari penderitaan, Nibbana baik dalam Hinayana maupun Mahayana, kedua-duanya mengajarkan pelajaran dan tujuan yang sama hanya mungkin upacara-upacara keagamaannya yang agak berlainan.
Sejak abad pertama Masehi, bakti mempengaruhi Agama Buddha, dan makin lama pengaruh itu semakin kuat. Karena timbulnya unsur penyembahan ini berubahlah keterangan tentang ajaran mengenai tempat perlindungan orang Buddhis. Dalam Mahayana tempat perlindungan itu adalah para Buddha, anak-anak Buddha atau Bodhisattwa dalam arti yang luas dan Dharmakaya. Demikianlah di dalam Mahayana timbul ajaran tentang 'banyak Buddha', yang diuraikan secara mitologis
Ajaran tentang banyak Buddha dijabarkan dari ajaran tentang Lima skandha, atau Lima unsur yang menyusun hidup manusia. Semula diajarkan bahwa manusia terdiri dari Lima skandha, yaitu:
· Rupa (tubuh)
· Wedana (perasaan)
· Samjna (Pengamatan)
· Samskara (kehendak, keinginan)
· wijnana (kesadaran).
Ajaran kelima ini pun diterapkan pada diri Budha sendiri diajarkan bahwa budha sendiri terdiri dari lima Skandha.[6].
Secara  etimologi, bodhisattwa terdiri dari kata Bodhi yang berarti suci, dan satwa yang berarti makhluk. Jadi Bodhisattwa artinya mahluk suci. Secara harpiah Bodhisatwa orang yang tabiatnya adalah mahluk yang sempurna, orang yang mempersiapkan diri untuk mencapai tingkatan Budha.
Menurut sifat-sifat dan kebijaksanaannya, bodhisatwa dibagi menjadi tiga :
·          Bodhisatwa pannandihika, ialah bodhisatwa  yang didalam usahanya mencapai tingkatan kebudhaan lebih mengutamakan  kebijaksanaan dimana lebih banyak mengadakan perenungan terhadap hakekat dari hidup dan kehidupan ini dengan melakukan semadhi. Pada tingkatan ini yang paling cepat untuk mencapai tingkatan budha yang tertinggi  yaitu samma sambudha.
·         Bodhisattwa Saddhandika, yaitu yang dalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan lebih mengutamakan keyakinan terhadap dhamma yang diajarkan sang Budha. Penerangan yang dicapai yaitu dengan jalan berguru.
·         Bodhisatwa Viriyadhika. Adalah yang dimana didalam usahanya untuk mencapai tingkat kebudhaan lebih mengutakan pengabdiann kepada penderitaan semua makhluk dengan kemauan kerasnya. Bilamana Bodhisatwa ini telah mencapai penerangan sempurna  disebut dengan pacceka Budha. Pencapaian ini tanpa bimbingan guru, melainkan usahanya sendiri.

c.       Keyakinan Terhadap Arahat
Arahat ialah orang suci tingakt tinggi yang telah membasmi sebanyak lima belenggu pada tingkatan anagami ditambah lima belenggu lagi. Yakni: Ruparaga,aruparaga, mana, uddhaca, dan avija. Dengan magga yang telah dipergunakan dan phala yang diperoleh yaitu terbebas dari kelahiran dan kematian dialam manapun juga dan inilah yang disebut orang keramat yang telah bersatu denagn sang adi budha.
Arahat lebih suci dari Bodhisattwa karena Arahat telah terbebas dari Kilesa (hawa nafsu), dan mencapai Nibbana. Sedangkan Bodhisattwa belum dapat membasmi Kilesa dan belum mencapai Nibbana, masih mengalami kelahiran dan kematian. Tetapi mengenai cita-cita seorang Bodhisattwa lebih tinggi dari seorang Arahat karena seorang Bodhisattwa bercita-cita ingin menjadi Buddha pada masa kehidupan yang akan datang.
.
                          Terdapatlah perbedaan-perbedaan antara Arahat dengan Buddha, Arahat dengan Bodhisattva, Budha dengan Bodhisattva.
1        Buddha juga dapat disebut Arahat, tetapi sebagai Arahat istimewa karena YMS Buddha mencapai Nibbana dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan makhluk lain.
2        Bodhisattva belum menjadi Buddha atau disebut calon Buddha dan belum mencapai Nibbana.
3        Arahat lebih suci dari Bodhisattva, karena Arahat telah terbebas dari Kilesa, dan mencapai Nibbana.

Arahat lebih suci dari Bodhisattva, karena Arahat telah terbebas dari Kilesa, dan mencapai Nibbana. Sedangkan Bodhisattva belum membasmi kilesa dan juga belum mencapai NIbbana.Tetapi mengenai cita-cita seorang Bodhisattva adalah lebih tinggi dari pada seorang Arahat, karena seorang Bodhisattva bercita-cita menjadi Buddha.

C.    Kesimpulan
Saddha adalah suatu sistem kepercayaan umat budha. Sistem tersebut terdiri dari lima aspek yaitu : 1. Keyakinan terhadap Adhi Budha , 2. Keyakinan Terhadap Para Budha, Bodhisatwa dan Arahat, 3. Keyakinan Terhadap Hukum Kasunyataan, 4. Keyakinan Terhadap Kitab Suci (Tripitaka), 5. Keyakinan Terhadap Nibbana. Lima aspek ini disebut dengan panca saddha/sraddha.
Sejarah ketuhana Buddha berawal dari Konsep Adi Budha yaitu sebuah konsep yang muncul dari perkembangan Budhisme Teistik yang merupakan tahapan akhir dari Mahayana dan dipengaruhi oleh aliran Siwaisme dalam agama hindu. Konsep ini berkembang di Nepal dan Jawa, dan konsep ini muncul di Benggala. Terdapat tiga priode dalam perkembangan Konsep ketuhanan Sang Hyang Adhi Buddha yaitu: Budhisme Esoterik campuran, Budhisme Esoterik murni, dan priode setelah esoterik murni yang muncul aliran yang menentangnya yaitu Sutra Guhya-samaja.
Di dalam saddha pertama yaitu percaya kepada Sang Hyang Adhi Budha. Ia adalah Tuhan yang Transenden, mutlak, dan Tuhan yang esa. Di dalam kepercayaan Buddha, ia adalah Tuhan yang telah menciptakan semua yang ada di alam semesta ini. Dan ia adalah pelindung alam yang bersemayan di Nirwana.
Buddha adalah seseorang yang telah mendapat pencerahan, mereka yang telah terlepas dari segala sesuatu yang bersifat duniawi, para penganut Buddha mempercayai bahwa ada 27 Buddha terdahulu dan Buddha yang terakhir (ke-28) adalah Siddharta Buddha Gautama.
Bodhisattwa adalah seorang calon Buddha, ia hanya harus melewati Kilesa (hawa nafsu) sebelum menjadi Buddha, meskipun ia adalah calon Buddha tetapi ia belum mencapai Nirwana dan masih dapat kelahiran kembali (reingkarnasi).
Arahat adalah tahapan tertinggi di dalam ajaran Buddha, ia telah membasmi lima belenggu di dalam dirinya, dan ia adalah seorang yang telah mencapai Nirwana. Akan tetapi cita-cita Bodhisattwa lebih tinggi dari pada Arahat, karena Bodhisattwa ingin menjadi seorang Buddha.







Daftar Pustaka

Ali, Mukti.  Agama-agama Dunia . Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988
Hadikusuma, Hilman. Antropologi Agama.  Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti, 1983
Hadiwjono, Harun.  Agama Hindu dan Budha. Jakarta: gunung Mulia, 2010
Majelis Buddhayana Indonesia. Kebahagiaan Dalam Dhamma. Depok : Bromo fc, 1998
Panjika. Rampaian Dharmma. Jakarta : DPP PERVITUB, 2004





1.                   Majelis Buddhayana Indonesia. Kebahagiaan Dalam Dhamma. (Depok : Bromo fc).h.15
2.      Hilman Hadikusuma. Antropologi Agama. ( Depok : PT. Citra Aditya Bakti, 1983).h. 223
[3] Hudaya Kandahjaya. Adi Budha dalam Agama Budha di Indonesia. (Bogor: Forum pengkajian agama budha, 2008)
[4] Panjika. Rampaian Dharmma (Jakarta : DPP PERVITUB, 2004). hal.8
[5] Mukti Ali. Agama-agama Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988) hal. 78
[6] Harun Hadiwjono. Agama Hindu dan Budha. (Jakarta:gunung Mulia, 2010) hal. 94

1 komentar:

  1. Lucky Club casino site - Live Casino reviews, bonuses, payout
    Find out more luckyclub about Lucky Club casino site in 2021, reviews, bonuses, payouts, promos, promotions and more. Rating: 8.1/10 · ‎Review by LuckyClub.live

    BalasHapus