Ajaran-ajaran Utama Yahudi
(Tuhan, manusia, dan nabi)
1. Pendahuluan
Agama
Yahudi adalah salah satu agama terbesar di dunia, sebagai mana Kristen dan
Islam. Dan dalam sejarah dikatakan bahwa agama Yahudi yang telah melahirkan
agama – agama samawi (wahyu) di dunia ini seperti Kristen dan Islam, karena
dari ketiga agama tersebut mempunyai sejarah yang sama yaitu Abraham atau di dalam
dikatakan Ibrahim maka ketiga agama ini disebut dengan agama Brahamic yaitu
agama yang di bawa oleh nabi Ibrahim / Abraham.
Adapun
keturunan dari Ibrahim yaitu Ishak yang kemudian mempunyai anak yaitu Yakub dan
dari keturunan Yakub ini melahirkan Isa yang membangun agama Yahudi dan
Kristen. Sedangkan agama Islam itu lahir dari anak nabi Ibrahim yang bernama
Ismail yang kemudian dari keturunannya ini melahirkan Muhammad yaitu yang
membawa agama Islam. Maka dari itu Ibrahim disebut dengan bapak agama karena
dari keturunannya inilah yang dapat menghasilkan agama – agama bersar di dunia
ini.
Di
dalam agama Yahudi terdapat pula ajaran – ajaran utama yang ada persamaan
antara ketiga agama tersebut, maka dari itu disini kita akan menerangkan
tentang ajaran utama pada Yahudi yaitu tentang Tuhan, tentang Manusia, dan yang
terakhir tentang Nabi dan kenabian.
2. Ajaran – ajaran Utama Yahudi
Agama
Yahudi mempunyai beberapa pokok ajaran di dalamnya, terutama yaitu konsep
tentang Tuhan, manusia, dan nabi. Ajaran – ajaran agama Yahudi bukanlah yang
sering kali kita dengar dengan “Ten of Commendments” yaitu sepuluh perintah
yang mana pada waktu itu Musa menerima sepuluh perintah tersebut dari tuhan dari
bukit Sinai, akan tetapi sepuluh perintah ini adalah sebagian kecil dari sekian
banyak ajaran – ajarannya, karena ajaran orang – orang Yahudi bukan hanya
sepeuluh perintah ini saja.
A. Tuhan
Di dalam kitab suci orang Yahudi
bahwasanya manusia dapat memperoleh makna dalam kehidupan ini tidak lain dari
hasil pencarian mereka tentang Tuhan. Pada zaman tersbut orang – orang masih
menyembah dewa – dewa seperti orang – orang Mesir, Babilonia, Syria, dan
masyarakat yang kecil di tepi laut tengah tersebut, setiap kali adanya kekuatan
yang hebat dari alam seperti badai, mereka menganggap bahwa itu adalah dewa
badai, dewa hujan, dewa petir, dll. Pada waktu itu mereka masih berfaham dengan
dinamisme.[1]
Di
dalam perjanjian lama dikatakan tentang dewa – dewa selain Yahweh tetapi King James mengatakan adanya
kesalah dalam kata Yahweh tersebut yang berubah menjadi “Jehova”. Jadi hal ini
mengatakan bahwa kepercayaan orang di laut tengah kuno tersebut adalah
monoteisme, karena di dalam teks
perjanjian lama tersebut butuh pemahaman yang mendalam sehingga kita dapat
memahaminya secara benar jadi di dewa – dewa tersebut berasal dari Yahweh itu
sendiri. “Kamu adalah Allah, dan anak – anak yang maha tinggi, kamu sekalian”(Maz
82:6), dan “Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang
pembesar kamu akan tewas” (Maz 82:7).[2]
Setelah
kedatangan Musa yang membawa ajaran tentang monoteisme (tauhid), ada banyak
perubahan masyarakat yang mendalam dalam hal kepercayaan bagi bangsa Israel,
yang pada awalnya mereka adalah pemuja dewa – dewa. Musa hadir membawa faham
monoteisme, tak lain untuk memberantas kepercayaan – kepercayaan yang sesat
tersebut.
Di
dalam “The old statements” (perjanjian lama) dijelaskan bahwasanya Tuhan Yahudi
itu hanya satu yaitu Yahweh, dan di dalam ajaran Yahudi pula menjadikan Tuhan
dalam bentuk yang Nampak dan memiliki sifat – sifat seperti manusia itu
dilarang, hal tersebut karena mereka menolak adanya konsep ketuhanan Kristen
yaitu “Trinitas” yang tidak sesuai dengan ajaran mereka yaitu monoteisme.[3]
Orang
yahudi berpendapat bahwasanya ada empat sifat yang tidak ada pada Tuhan yaitu:
bersahaja, kacau balau, amoral, bermusuhan. Mereka menganggap bahwa tuhan itu
tidak dapat disifati.
Orang
Yahudi mengatakan bahwa keberadaan alam semesta adalah sebagai bukti bahwa
adanya Tuhan, mereka memandang adanya alam semesta ini tidak mungkin ada dengan
sendirinya, akan tetapi pasti ada yang membuatnya. Mereka memahami adanya satu
Tuhan yang menciptakan alam semesta ini.
Yahudi
memandang Tuhannya sebagai Tuhan yang tunggal, dan mereka juga menolak adanya
paham dualistic yang mana kejahatan di itu berasal dari tuhan yang berbeda
seperti Hindu, yang menganggap adanya saang pencipta Brahman, dan pelebur yaitu
Siwa, mereka sangat menolak hal tersebut, karena Tuhan itu esa, Ia tidak
berawal dan tidak berakhir, Ia adalah Tuhan segalanya yang tidak berwujud, yang
maha pengasih dan maha penyayang.
Di
dalam kitab suci disebutkan bahwa Tuhan memiliki anggota badan seperti tangan
Tuhan, sayap Tuhan. Akan tetapi orang - orang Yahudi sangat menolak hal
tersebut karena Tuhan itu tidak dapat dicapai oleh akal, Tuhan itu tidak
berwujud, akan tetapi di dalam kitab suci ini hanya mengkiaskan Tuhan seperti
itu yang mungkin sama halnya dengan Islam yang mengatakan “yadullah” sebagai
kekuasaan Allah.[4]
B. Manusia
Orang Yahudi kuno mereka telah memikirkan manusia yang
mana secara tidak langsung mereka memikirkan dirinya sendiri, mereka memikirkan
semua itu untuk mencari makna yaitu mencari fakta tentang manusia tersebut yang
tak lain untuk mencari kebenaran kehidupan, mereka sangat ingin sekali mencari
tahu pengertian tentang keadaan hidup manusia agar mereka dapat mencapai
kemampuan kreatifitas tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia.
Orang
Yahudi mereka sadar akan keterbatasan manusia, di dalam perjanjian lama
dikatakan “manusia adalah debu” (Maz 103: 14). “Tentang anak anak manusia aku berkata dalam hati:”Allah
hendak menguji mereka dan memperlihatkan kepada mereka bahwa mereka hanyalah binatang”
(Pengkh 3:18)
Karena
nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa
mereka, sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua – duanya
mempunyai nafas yang sama, dan manusia tidak mempunyai kelebihan atas binatang,
karena segala sesuatu adalah sia – sia (Pengkh 3:19). Di dalam perjanjian lama
ini mengatakan bahwa manusia itu sama halnya dengan binatang dan manusia pun
mempunyai keterbatasan jamani dan rohani “sesungguhnya, dalam kesalahan akau
diperanakan, dalam dosa aku dikandung ibuku”. (Maz 51:7)[5]
Di
dalam Alkitab di jelaskan bahwa manusia itu diciptkan berdasarkan gambaran dari
Tuhan, akan tetapi Yahudi menolak hal tersebut, karena Tuhan itu tidak
berfisik. Rambam mengartikan “gambar” sebagai sifat dari suatu hal tersebut,
bukan dari bentuk fisik dari Tuhan.
Di
dalam diri manusia itu terdapat dua dorongan yaitu dorongan baik dan buruk yang
disebut dengan Yetzer tov dan Yetzer ra. Yetzer tov bias kita artikan sebagai
bisikan hati yang terkadang kita bimbang ketika ingin melakukan sesuatu
perbuatan yang buruk, seperti mencuri. Dan Yetzer ra adalah keinginan atas
keinginan pribadi seperti makan, mempunyai rumah, menikah, mempunyai anak, dll.
Di
dalam Talmud dikatakan bahwa perbuatan manusia itu murni hasil dari apa yang
mereka inginkan, bukan dari sesuatu yang external (setan) karena orang Yahudi
mempercayai bahwa kesalahan manusia itu tidak dapat dibebankan kepada orang
lain dan mereka masing – masing yang akan mempertanggung jawabkannya.[6]
C. Nabi dan Kenabian
Nabi berasal dari bahasa Ibrani yang berarti
“orang yang dipanggil”, jadi nabi yaitu orang yang dipilih oleh Allah untuk
menyampaikan ajaran – ajaran Allah kepada umat. Nabi bias disebut juga sebagai
“hamba Allah”. [7]
Di dalam agama Yahudi nabi itu sangat banyak
sekali yang mana diperkirakan sekitar 600.000, sedangkan di dalam Alkitab hanya
tercatat sebanyak 55 nabi saja, nabi – nabi di dalam agama Yahudi mungkin dapat
dikiaskan sebagai ‘Alim Ulama yang mengajarkan kepada kebaikan, di dalam Talmud
dikatakan tulisan – tulisan nabi pun tidak akan berlaku lagi di masa mendatang,
karena mereka menganggap setiap manusia itu dapat mencapai mental, spiritual,
dan etis yang semburna dan siapapun akan mendapatkan Nubuatnya sendiri.[8]
Di dalam agama Yahudi, nabi itu tidak hanya dari
laki laki, akan tetapi ada juga yang dari perempuan seperti Sarah, istri dari
Ibrahim. Ada tujuh nabi perempuan dalam agama Yahudi.
Ada beberapa nabi yang didasarkan pada Talmud dan Rashi:
1.Abraham
2.Isaac
3.Jacob
4.Moses
5.Aaron
6.Joshua
7.Pinchas
8.Elkana
9.Eli
10.Samuel
11.Gad
12.Nathan
13.David
14.Solomon
15.Ido
16.Mikha bin Yimla
17.Obaja
18.Ahiyah orang Silo
19.Yehu bin Hanani
20.Azarya bin Oded
21.Yahaziel orang Lewi
22.Eliezer bin Dodawa
23.Hosea Hosea
24.Amos
25.Mikha
26.Amos (ayah dari Yesaya)
27.Elia
28.Elisa
29.Yunus ben Amitai Yunus
30.Yesaya Yesaya
31.joel Joel
32.Nahum Nahum
33.Habakuk Habakuk
34.Zefanya Zefanya
35.Uria Yeremia
36.Yeremia Yeremia
37.Yehezkiel Yehezkiel
38.Semaya
39.Barukh Yeremia
40.Neria (ayah dari Barukh)
41.Seraya Yeremia
42.Mehseiah (ayah Neria)
43.Hagai Hagai
44.Zakharia Zakharia
45.Maleakhi Maleakhi
46.Mordekai Bilshan Ester
47.Oded (ayah Azarya)
48.Hanani (ayah dari Yehu)
Nabi perempuan:
49.Hannah
50.Sarah
51.Miriam
52.Deborah
53.Abigail
54.Hulda
55.Esther[9]
3. Kesimpulan
Konsep Tuhan dalam agama Yahudi
tidak jauh berbeda dengan Islam, yang mana Tuhan mereka itu satu yaitu Yahweh,
dan mereka pun tidak menerima adanya Tuhan yang berwujud manusia. Mereka
memahami, Tuhan itu tidak berawal dan tidak pula berakhir.
Konsep tentang manusia tidak jauh
dari Yerzer tov dan Yerzer ra yang mana konsep ini yang dipahami oleh orang –
orang Yahudi. Mereka mempercayai bahwa ketika manusia ingin melakukan keburukan
maka Yerzer tov akan datang, antara melakukan dan tidak, sedangkan Yerzer ra
adalah rasa keinginan yang internal di setiap individu manusia yang mana akan
kebutuhan mereka seperti, menikah, mempunyai anak, dll.
Nabi dalam konsep Yahudi itu adalah
sebagai hamba Allah yang menjadi jembatan penghubung antara Tuhan dan
ciptaannya. Dalam agama Yahudi ada banyak sekali nabi, diperkirakan sekitar
600.000, akan tetapi yang tercantum dalam Alkitab hanya ada 55 nabi. Di agama
Yahudi pun nabi bukan hanya dari kaum pria akan tetapi ada yang dari kaum wanita,
yang mana dijelaskan di dalam Alkitab sebanyak
tujuh nabi.
Daftar
Pustaka
Arifin. M. Menguak Misteri Ajaran Agama – agama
Besar. Jakarta: Golden Trayon Press, 1986
Smith,
Huston. Agama – agama Manusia. terjemahan Saafroedin Bahar. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1985
Vriezen. C. Agama
Israel Kuno. terjemahan Dr. I.J Cairn. Jakarta: Gunung Mulia, 2006
http://www.jewfaq.org/g-d.htm, di akses pada 10-11-2014
http://www.jewfaq.org/human.htm, di akses pada 10-11-2014
[1] . M. Arifin, Menguak
Misteri Ajaran Agama – agama Besar, (Jakarta: Golden Trayon Press, 1986),
Cet. 1, h. 98
[2] . Huston
Smith, Agama – agama Manusia, terjemahan Saafroedin Bahar,(Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1985), hal, 301
[3]
. Ibid, hal.302
[7]. C. Vriezen, Agama
Israel Kuno, terjemahan Dr. I.J Cairn, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), hal.
221
Tidak ada komentar:
Posting Komentar